Anak Mulai Ingin Tampil Beda?
23 Oktober 2015
Anak pra remaja Anda mulai pilih-pilih berbagai barang untuk perawatan kulitnya. Apa yang perlu diperhatikan?
Pada era globalisasi dan informasi seperti saat ini, sangatlah wajar bagi praremaja ingin mencoba berbagai macam produk. Sebelum memilih produk yang sesuai kulit sendiri, kenali tipe kulit masing-masing. Apakah normal, berminyak, kering, atau kombinasi? Saat ini, kulit sensitif banyak sekali dijumpai, sehingga perlu mengetahui apakah kulit kita termasuk kulit yang sensitif atau tidak.
Apa cirinya? Mudah iritasi (perih dan merah) dan alergi (gatal, merah). Dan, bila anak mempunyai riwayat penyakit alergi, seperti asma, rhinitis alergika (alergi yang berkaitan hidung), eksem atopik pada kulit, dan biduran, ada kemungkinan kulitnya termasuk yang sensitif. Kulit sensitif memerlukan perawatan khusus dan tidak boleh memakai bahan-bahan tertentu pada produk perawatan kulitnya.
Bagaimana cara memilih produk perawatan kulit? Yang pasti, sesuaikan dengan tipe kulit. Sebaiknya, pilih produk yang ‘hypo allergenic’ dan ‘non comedogenic’. Pada kulit sensitif, gunakan produk yang khusus untuk kulit sensitif. Biasanya, pembersihnya bersifat ‘mild’, dan anak memerlukan pelembap. Bila perlu, berkonsultasilah ke dokter kulit dan kelamin untuk mengetahui tipe kulit dan produk seperti apa yang dibutuhkan.
Diambil dari: parenting.co.id
Baca juga
Gak mau Tesesat? Gunakan Waze
Waze adalah sebuah piranti lunak navigasi gratis untuk perangkat telepon genggam dan Tablet PC yang memiliki GPS
Benarkah Kangen Water Bikin Sehat?
Kangen water bukan berarti air rindu. Kangen berasal dari bahasa Jepang yang berarti era baru.
Agar Tak Salah Pilih Saat Pekerjakan Pengasuh Anak, Tes Tulisan Tangannya
Di zaman sekarang kehadiran Asisten Rumah Tangga (ART) atau babysitter sangat diperlukan. Terutama untuk wanita karier
Garuk-garuk Kepala Saat Bicara Tanda Orang Berbohong? Ah Belum Tentu
Memicingkan mata, batuk, garuk-garuk kepala, hingga berdehem kerap disebut sebagai tanda orang yang bohong saat bicara
Orang Indonesia Diselimuti Generasi Nol Buku?
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan, hingga 2014 hanya tersisa 3,7% atau sekitar 5,3 juta orang yang masih menyandang tuna aksara. Meski angka tuna aksara makin berkurang